Digitalisasi Media dan Kredibilitas Kegiatan Jurnalisme


 


Perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak yang besar bagi kehidupan kita, teknologi dan informasi juga menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan. Berbagai kegiatan manusia juga kini dipermudah dan tidak lepas dari perangkat teknologi seperti pada bidang ekonomi muncul berbagai e-commerce, mobile banking dan platform marketplace digital. Sedangkan dalam bidang sosial mulai muncul media sosial. Hadirnya berbagai inovasi tersebut tentunya memberikan kemudahan bagi masyarakat, karena kita dapat melakukan aktivitas tanpa harus bertatap muka atau secara langsung.

Semua kegiatan dapat dengan mudah dilakukan melalui smartphone atau komputer menandai dimulainya fase globalisasi. Pada fase ini informasi mengalir begitu cepat dan meluas, melalui berbagai platform digital sebagai media setiap orang di berbagai belahan penjuru dunia dapat bertukar informasi.

Namun, hal ini tidak hanya memberikan angin segar. Hadirnya platform digital juga memberikan dampak yang signifikan seperti berkurangnya penggunaan media massa sebagai sumber informasi. Hal ini ditandai dengan penurunan produksi eksemplar media massa, yang awalnya pada tahun 2021 sebanyak 7 juta menurun menjadi 5 juta eksemplar per-terbit pada tahun 2022. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh kata data tahun 2023 menunjukkan bahwa media online menjadi sumber utama bagi masyarakat Indonesia dalam mendapatkan berita, yakni sebanyak 84%.

Melalui media online, berita dengan fleksibel dapat kita baca dimana saja dan pasti “up to date” apabila dibandingkan dengan media massa. Disisi lain, platform digital seperti media sosial menjadi ruang baru dimana seseorang dapat menyampaikan berita dengan mudah. Hal ini menandai bergesernya aktivitas jurnalisme konvensional. Awalnya kegiatan jurnalistik seperti mengumpulkan data berupa informasi hingga penyampaian berita dilakukan oleh reporter atau jurnalis. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan informasi kegiatan ini melalui pergeseran dan memunculkan “Citizen Journalism”. Citizen Journalism diartikan sebagai jurnalisme warga atau kegiatan jurnalistik yang kini dilakukan oleh orang selain jurnalis. Fleksibilitas media dan kemudahan seperti mengupload informasi dan “viral” atau menyebar ke pengguna lainnya menyebabkan kegiatan ini semakin meningkat.

Salah satu tokoh sosiolog yang pernah membahas fenomena ini merupakan Manuel Castells Olivian. Dalam teorinya Castells menjelaskan bahwa kondisi perubahan ini sebagai “informasionalisme”. Pada masa ini informasi dan pengetahuan menjadi basis dasar dari sumber utama produksi masyarakatnya. Atau dapat dipahami bahwa informasi kini menjadi komoditas atau barang yang dipertukarkan. Tidak hanya secara ekonomis, tapi juga untuk berbagai motif lainnya termasuk politis.

Apabila berkaca pada situasi saat ini, kerap kali kita melihat berbagai kasus jurnalistik yang menarik. Berbagai media besar bahkan membuat headline atau judul yang sangat menarik hanya untuk menarik seseorang membuka (clickbait). Tidak hanya untuk alasan itu, traffic kunjungan laman, jumlah like kini dapat diuangkan melalui fitur “monetisasi”. Hal inilah yang memicu hadirnya berbagai headline yang terkadang tidak sesuai dengan isinya yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan melalui jumlah kunjungan dan sebagainya.

Tidak hanya sekedar clickbait saja, hal ini juga memberikan dampak yang berarti. Berita yang tidak sesuai tersebut kerap kali menimbulkan masalah lainnya. Misalnya melalui media sosial, informasi dapat dengan mudahnya tersebar ke pengguna lainnya. Jadi berita yang belum tentu benar isinya tersebut dapat menyebabkan informasi serta menyebarnya berita hoax.

Terdapat beberapa contoh berita yang pernah viral dan ramai misalnya berita dengan judul “Sukses di motor Babinsa, Nikuba Bahan Bakar air dari Cirebon Mulai Dilirik Dunia”. Berita ini sangat ramai dan kala itu menjadi perbincangan di media sosial. Karena masyarakat menganggap inovasi yang ditemukan tidak diterima oleh pemerintah. Namun, apabila kita membaca lebih lanjut, dalam berita ini tidak ditemukan informasi mengenai hubungan antara raksasa otomotif dunia dengan pengembang nikuba tersebut.

Tidak hanya itu, beberapa waktu lalu media juga digegerkan dengan berita dengan judul “Menurut Survei Penelitian, Laki-laki yang Tidak Merokok Hanya Sebesar 5% di Indonesia”. Apabila membaca berita tersebut ternyata sampel dari penelitian ini adalah perokok dan dalam jenis kelamin sampel terdiri dari 95% laki laki perokok, jadi sisa sampel adalah 5% yakni perempuan perokok.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu pentingnya memilah dan memeriksa informasi yang kita terima sebelum kita sebarluaskan. Bisa jadi informasi yang kita sebarluaskan dapat memberikan dampak yang merugikan bagi pihak lainnya. Selain itu, tinjauan singkat ini harapnya dapat menjadi kritikan yang membangun bagi para jurnalis dalam menyusun dan menyampaikan berita.

No comments:

Post a Comment